š Sabtu, 20 January 2018
š Pukul : 07.30 – 12.30
š¤ Pemateri Mia Anggraeni. M. Si
š« HTC Lantai 1 Sekolah Karakter IHF
#Belajar Seru Sama Ortu
Parenting Sharing kali ini temanya cukup menarik untuk kami, sekilas terkesan biasa saja dari judul atau topiknya. Mungkin akan banyak orang tua yang berpikir bahwa hal tersebut tidaklah menjadi istimewa, bukankah hal biasa seorang Ibu atau Ayah mengajarkan anaknya ketika mereka mengerjakan pekerjaan rumah atau persiapan ujian. Tapi untuk kami topik ini menjadi menarik karena ada hal berbeda dibalik peran guru dan aktivitas belajar sesungguhnya. Bagaimana anak-anak kami terlihat menjalani semua aktivitas di sekolah dengan sangat “enjoy”, tak ada beban, tak tertekan ketika “musim” ujian, tak lantas enggan pergi ke sekolah karena ada mata pelajaran Matematika atau Bahasa Inggris, tak lantas bermalas-malas ketika hari masuk sekolah tiba usai libur panjang. Anak-anak selalu bersemangat, meski terkadang perjuangan bagi para Ibu untuk rutinitas pagi mereka butuh effort lebih. Ada rahasia apa dibalik senyum dan semangat anak-anak, atau ada apa dibalik senyum manis dan hangat sapa para guru kepada anak-anak? Parenting sharing ini memiliki tujuan agar para orang tua dapat membedakan pembelajaran yang patut dan tidak patut dan dapat menciptakan kegiatan belajar yang menyenangkan bagi anak-anak di rumah. Dan yang terpenting adalah menyamakan “frekuensi” dengan pihak sekolah, agar rasa nyaman dalam belajar tidak hanya dirasakan anak-anak di sekolah tapi berlanjut juga dirumah. Ayo Belajar para Orang Tua hebat…..
Developmentally Appropriate Practices (DAP)
DAP digunakan karena adanya insting alami manusia dari sejak lahir, yaitu :
- Menyedot ASI
Bukankah bayi ketika baru lahir, saat proses Inisiasi Menyusui Dini akan mencari sendiri puting Ibunya untuk menyusu tanpa ada yang mengarahkan ia akan merayap dengan sendirinya hingga menemukan sumber kehidupannya tersebut.
- Belajar
Dalam perjalanan tumbuh kembangnya sejak ia dilahirkan, ia sudah melalui banyak proses belajar. Belajar tengkurap, berguling, duduk, merangkak, berjalan, berbicara, dst.
DAP sendiri bertujuan menjaga agar insting alami tersebut tetap hidup, anak-anak akan menjadi “lifelong learner”. Tak ada kata bosan, capek, tapi akan dengan sendirinya ketertarikan untuk belajar dalam segala hal selalu ada dalam diri anak.
DAP ini merupakan cara pembelajaran yang patut dengan memperhatikan aspek2 usia, tahap perkembangan anak, keunikan individu, nilai agama sosial dan budaya. Dikatakan patut karena tidak mengabaikan sifat alami anak yaitu bermain dan perasaan. Tips agar apa yang ingin kita sampaikan kepada anak dapat diingat tanpa kita perlu mengulang berkali-kali adalah membuatny menjadi bermakna, karena ketika anak menganggap hal tersebut bermakna dengan sendirinya ia akan merasa bahwa hal tersebut penting untuk dirinya dan akan ia ingat selalu. Libatkan organ tubuh dan emosi positif ketika akan menyampaikan informasi kepada anak.
Pahami gaya belajar anak dengan memperhatikan proses belajar anak, dengan cara atau pada saat apa mereka merasa nyaman belajar. Jadi yuk kita perhatikan apakah ia termasuk tipe :
- Auditory (Mendengar)
Senang ketika dibacakan buku, mendengar penjelasan guru dan senang dengan aktivitas seperti mengikuti seminar. Ia akan lebih mudah mengingat banyak hal dengan cara-cara tersebut tanpa perlu mencatatnya.
- Visual (Melihat)
Senang dengan aktivitas membaca, melihat gambar/tabel/grafik/skema. Dan menikmati menghabiskan banyak waktu dengan kegiatan tersebut, tak jarang hingga hafal pada halaman berapa dan letak kalimat dari sebuah informasi.
- Kinestetik (Bergerak)
Tidak bisa duduk lama dalam menjalankan aktivitas, senang bergerak, menyukai kegiatan berupa praktek, kunjungan/fieldtrip.
Dan masing-masing anak biasanya memiliki kombinasi 2 cara belajar, seperti Mas Helmi ia memiliki gaya belajar Kinestetik Auditory sangat menyukai kegiatan fisik seperti bermain bola, bahkan berjalan saja terkadang disertai berlari atau menghentakkan kaki ke lantai, senang dengan kegiatan eksperimen sains, dan senang ketika diajak untuk melakukan kunjungan baik ke rumah keluarga, museum atau tempat yang ia merasa bisa bebas bergerak kesana kemari.
Yang tak boleh terlewat adalah memperhatikan kecerdasan majemuk anak, dan meyakini bahwa setiap anak itu unik dengan kecerdasan dan bakatnya masing-masing. Belajar itu tak lagi berarti memegang buku, tak lagi selalu tentang akademis, dan yakin bahwa setiap kecerdasan itu akan ada jalan suksesnya masing-masing untuk anak.
Tak perlu risau ketika anak tak menonjol di bidang akademis, tapi sangat berbakat melukis. Kembangkan proses belajarnya dalam melukis, ajak anak untuk banyak mengeksplore hal-hal menarik dalam melukis. Dukunglah kecerdasan dan bakat anak yang menonjol, kelak hal itulah yang akan menjadi jalan sukses kehidupan mereka.
Dari kegiatan Parenting Sharing kali ini kami sebagai orang tua menjadi lebih banyak tahu bagaimana belajar itu menjadi menyenangkan untuk anak dan juga kami orang tua.
- Kenalkan anak pada peraturan dan prosedur yang rutin, seperti jadwal harian dan aturan. Ajak anak bersama-sama membuat peraturan sehingga mereka akan dengan senang hati melakukannya tanpa perlu kita ingatkan kembali.
- Mencari cara dan topik pembelajaran menarik yang menyenangkan nyata dan dekat dengan anak agar bermakna bagi mereka. Seperti mengajarkan mereka mengenal uang dengan menggunakan uang mainan yang menyerupai uang sungguhan, sehingga mereka dapat belajar mengenai nilai dan penggunaan uang dalam kehidupan sehari-hari melalui permainan jual beli. Atau menghafalkan kosa kata bahasa Inggris melalui lagu.
Banyak ilmu dan pengalaman berharga dalam kegiatan hari ini, semoga dengan adanya kegiatan seperti ini. Orang tua menjadi lebih mudah menjalankan perannya sebagai guru di rumah dan selalu bisa menyamakan visi dan “frekuensi” dengan pihak sekolah.
Apresiasi tertinggi kami sampaikan kepada Komite Sekolah Karakter dan juga selurub Guru-guru Sekolah Karakter IHF.